SIRI 1
Ada dua prinsip dalam peperangan iaitu rahsia dan tipu daya walaupun cara memahami, masing-masing berbeza; bagi orang beriman, tipu daya dalam peperangan tidak boleh sampai berkhianat dan membatalkan janji, ini tidak berlaku bagi orang-orang kafir.
Rasulullah SAW bersabda:
الحرب خُدعة
“Peperangan adalah tipudaya.” (Muttafaq ‘Alaih).
Artinya asas dan tonggak terpenting dalam peperangan adalah tipudaya.
Imam An Nawawi berkata: “Ulama sepakat tentang bolehnya menipu orang kafir dalam peperangan bagaimanapun caranya, kecuali kalau sampai membatalkan perjanjian atau melanggar jaminan keamanan maka menipu tidak diperbolehkan.”
Penipuan dalam perang boleh berlaku dalam bentuk mengkelabui atau menyamar atau yang seumpamanya. Hadis ini member isyarat untuk menggunakan aqal dalam peperangan. Ibnul Munir berkata: “Makna perang adalah tipudaya artinya: Perang yang cantik dan dilakukan oleh pelaku yang handal adalah yang menggunakan tipudaya, bukan semata saling berhadap-hadapan, sebab pertempuran cara berdepan tinggi risikonya sedangkan tipudaya dapat dilakukan tanpa risiko bahaya. Tipudaya mempunyai banyak seni yang diketahui oleh orang-orang yang memang ahli, seperti teknik bersembunyi, carmouflage, penipuan dalam info, pengaturan waktu, dan sebagainya.
Berbohong Kepada Musuh
Berbohong kepada musuh diperbolehkan baik ketika perang atau tidak.
1. Adapun berbohong ketika perang, dalilnya adalah hadis Ummu Kultsum binti ‘Uqbah ia berkata:
Imam An Nawawi berkata: “Dalam hadis sahih ini, berbohong dibolehkan dalam tiga hal, salah satunya ketika perang.
2. Berbohong kepada musuh selain dalam perang. Bohong untuk selain urusan perang diperbolehkan karena beberapa alasan, diantaranya jika di dalamnya terdapat maslahat bagi agama atau dunia bagi orang beriman, atau untuk melepaskan diri dari gangguan orang-orang kafir. Dalilnya:
· Kisah Nabi Ibrahim AS
Rasulullah SAW bersabda:
“Ibrahim AS tidak berdusta kecuali tiga kali (dusta): dua kali terkait dengan Zat Allah SWT yaitu ketika ia berkata: “Sesungguhnya saya sedang sakit.” (QS. Ash-Shoffat:89, ) dan berkata: “Tapi yang menghancurkan patung-patung ini adalah patung terbesar itu.” (QS. Al-Anbiya’:63) Rasulullah SAW melanjutkan: “…Suatu ketika Ibrahim dan Sarah datang ke negeri seorang penguasa bengis, ada yang melapor kepada raja itu bahwa di sini terdapat seorang lelaki bersama isterinya yang berparas sangat cantik, maka Ibrahim dipanggil lalu ditanya: “Siapa wanita ini?” Beliau menjawab: “Saudariku.” Setelah itu, Nabi Ibrahim menemui Sarah dan mengatakan: “Hai Sarah, di negeri ini tidak ada yang beriman selain aku dan kamu, dan raja itu bertanya kepadaku tentang dirimu, maka kuberitahu ia bahwa engkau adalah saudariku, maka janganlah engkau anggap aku pendusta.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah )
Dari muslihat Nabi Ibrahim itu mengandungi maslahat agama yang dilakukan untuk menghindari gangguan orang kafir.
· Kisah Ashabul Ukhdud
Disebutkan dalam riwayat Muslim dari Syuhaib ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Dulu ada raja yang hidup di zaman sebelum kamu, ia memiliki tukang sihir. Ketika usia tukang sihir mulai senja, ia berkata kepada raja: “Aku sudah tua, utuslah seorang pemuda kepadaku supaya kuajarkan ilmu sihir.” Maka raja itupun mengirim seorang pemuda (ghulam) untuk menjadi murid si tukang sihir. Ketika di tengah perjalanan, pemuda itu melalui seorang rahib (pendeta), lalu ia duduk dan mendengar perkataannya, ia tertarik dengan kata-kata rahib itu. Setiap kali ia berangkat ke tukang sihir, selalu ia melalui rahib dan duduk di sana, maka sesampai di tempat tukang sihir, ia merotan pemuda itu. Pemuda itu mengadukannya kepada rahib, rahib berkata: “Jika kamu takut kepada tukang sihir, katakan: Keluargaku menahanku. Jika kamu takut keluargamu, katakan: Tukang sihir menahanku.” (Al-Hadis).
Imam An Nawawi berkata: “Hadis ini menunjukkan boleh berbohong dalam perang atau yang semisal, ketika ingin menyelamatkan nyawa atau yang lain dari kebinasaan atau menyelamatkan nyawa orang lain yang tidak boleh dibunuh.”
Bersambung.....
3 comments:
Assalamualaikum WBT, saudara Abi yg dihormati,
Merujuk kpd teks "Penipuan dalam perang boleh berlaku dalam bentuk mengkelabui atau menyamar atau yang seumpamanya." Saya berpendapat perkataan 'penipuan' tidak sesuai digunakan dalam konteks "Peperangan adalah tipudaya" atau "War is a Deception" kerana 'penipuan' merujuk kepada kecenderungan untuk tidak jujur dan amanah. Maka perkataan 'helah atau muslihat' lebih sesuai untuk digunakan kerana konteks hadis tersebut yg ingin dibincangkan adalah berkait kpd bagaimana sesebuah pasukan keselamatan ingin melaksanakan operasi dan taktik melibatkan seni tipu daya atau 'indirect approach'. Diharap pencerahan ini akan memberi satu wadah perkembangan ilmu yg bermanfaat kpd diri saya dan umat Islam yg lain.TQ
Syukran atas pandangan yang bernas
Syukran atas pandangan yang bernas
Post a Comment